14 Juli 2016
Hari ini, saya kembali meninggalkan Indonesia untuk ke dua kalinya.
3 bulan 17 hari saya menikmati liburan di kampung halaman, sudah saatnya kembali ke rutinitas sebelumnya, yaitu mencari nafkah di kapal pesiar Carnival, Amerika Serikat.
Kepergianku ini terasa berat, selain karena harus meninggalkan orang tua, keluarga, saya juga harus berpisah dengan seorang wanita yang baru saja saya kenal, namun dia mampu mengambil tempat di ruang ruang kerinduan hatiku.
Saya bertemu dengannya saat baru saja kami selesai melaksanakan ibadah sholat Idul Fitri. Saat itu saya menunggu keluarga yang lain di depan mobil. Ia kemudian lewat. Saya masih ingat dengan jelas warna putih bajunya, jilbabnya, sampai dengan kalung yang ia kenakan. Sungguh indah ciptaanMu ya Allah. Bergetar rasanya hati ini melihatnya. Ingin rasanya diri bertegur sapa, namun rasa maluku melebihi keinginanku, karena itu saya hanya diam.
Pada saat saya dan keluarga menuju ke rumah kerabat lainnya, di dalam mobil saya kemudian memberitahu Bapak saya, yang kebetulan hanya ia yang masih berada di mobil bersama dengan saya.
“Pak, cantiknya itu anaknya Pak Mansur, ketemuka tadi di lapangan”, saya mencoba memberitahu Bapak.
“Kalau cantik kau lihat, coba dekati, datangi rumahnya, kenalan”, Bapakku memberi saran.
“Janganmi saya pak, maluka, kita mo ketemu langsung sama orang tuanya”
Bapakku diam sejenak, entah apa yang beliau coba pikirkan.
Kemudian ia bertanya,”betulanjiko sukai? Tidak boleh itu setengah setengah perasaan, harus serius. Beginimi saja, coba kau kenalmi dulu dengan baik, kalau sudah yah kau usahami cari uang dulu”. Saran beliaupun saya anggukkan.
Kamipun berdua turun dari.mobil dan bergabung dengan keluarga lainnya, tiba tiba Bapak.memulai pembicaraan, “Ma, itu anakmu maumi.menikah, ada perempuan dia suka, anaknya pak Mansur”, tiba tiba rasa opor yang sedang saya makan terasa pedas, Bapak menberitahukan keluarga yang lain, membuat heboh suasana.
Kemudian Saya hanya bisa duduk di luar rumah menunggu mereka selesai makan.
Malam harinya, tak disangka, ia bertamu ke rumah, sebenarnya ia juga masih berkerabat dengan keluarga saya, ia juga berteman dengan adik sepupu saya. Sepupu saya juga tahu kalau saya suka dia, makanya malam itu ia meminta nomor hpnya. kemudian ia kasi ke saya.
Mulailah malam itu kita berkenalan, saling telepon teleponan, BBMan bahkan rekreasi di tempat wisata barengan, senangnya hati ini.
Ia memberitahuku kalau dia sudah bercerita mengenai saya ke mamanya. Entah apa yang telah ia ceritakan, hanya ia yang tahu. Mamanya bilang, kalau memang saya serius kenapa saya tidak pernah datang ke rumahnya bersilaturahmi.
Saya pikir yang mamanya bilang itu sangat benar, jika ingin kenal dengan seseorang, kenal dulu dengan orang tuanya.
Malam harinya saya datangi rumahnya. Terasa jantung ini berdebar lebih cepat dari sebelumnya. Setiba di sana, dia sudah duduk manis menungguku. Mamanya juga berada di sana dan mempersilahkanku masuk. Mulailah kami berbincang bincang, gugup memang iya, saya gugup, namun saya membuktikan kalau saya serius.
Saya berjanji padanya, setelah kontrak kerja saya tahun ini selesai, saya akan datang bersama keluargaku ke rumahnya, karena itu saya meminta ia menunggu, dan ia menyanggupinya.
Tunggu saya Andi’ku.