Masih Seputar Kapal Pesiar

Saya harus menunda nunda hingga beberapa hari bahkan minggu untuk memulai tulisan ini. Kemarin kemarin selalu saja nunda, karena terlalu capek setelah seharian kerja, jadi waktu istrahat saya gunakan semaksimal mungkin untuk ibadah, makan, tidur, kalau masih ada waktu sedikit, saya juga sempatkan untuk main game. Di sini saya sering tidak mandi sampai 2 hari. Anyway, Sebelum saya mulai mengantuk, mari kita mulai saja.
Ini adalah kontrak ke dua saya bekerja di kapal pesiar. Pengalaman kontrak pertama saya di kapal pesiar sudah saya share di tulisan tulisan saya sebelumnya. Hari ini, tepat tulisan ini saya dibuat, saya sudah berada dan bekerja di kapal selama 4 bulan 3 hari, artinya saya masih punya kurang lebih 4 bulan 27 hari days to go. Nah, selama 4 bulan ini, saya mau bagi cerita cerita seru, sedih, dan inspiratif.
Mari kita mulai kisahnya dari sejak saya meninggalkan rumah.
13 July 2016 saya meninggalkan rumah. Ditemani oleh beberapa keluarga, saya diantar menuju Makassar. Sedih juga rasanya meninggalkan mereka untuk kedua kalinya. Selain meninggalkan keluarga, saya juga meninggalkan seseorang yang ku titipkan rindu padanya, hehehe (telah dibahas di edisi lain).
15 July 2016 saya menuju ke airport yang diantar oleh teman, yang entah dia rela namanya disebut di sini apa tidak. Namanya Apri, alisnya tebal tanpa pensil. Saya dijemput di kost an sepupuku sekitar 10 pagi. Karena kondisi jalanan menuju bandara lagi macet total, saya yang nyetir mobilnya. Entah karena saya lupa baca doa atau bagaimana, di perempatan sebelum masuk Bandara, ada polisi yang tiba tiba berhentiin mobil dan saya disuruh menepi. “Selamat siang Pak, Anda menerobos lampu merah, boleh saya lihat STNK sama SIMnya?”. Akhirnya setelah ngomong panjang lebar, dan mengingat flight time nya sudah mepet saya harus mengeluarkan beberapa lembar uang agar bisa terus melanjutkan perjalanan. Huft huft
IMG20160714110658
(Apri yang selalu tersenyum walau sering tersakiti. Heheheh)

Penerbanganku cukup lancar, tak ada halangan yang begitu rumit, semua bisa diatasi dengan mudah. Tidak seperti keberangkatan pertamaku kontrak lalu yang super duper ribet. Bayangin saja, baru tiba di Jakarta, saya harus berkelahi sama pencopet gara gara HP di saku saya mau diambil. Untung pas tangannya baru masuk setengah, keburu saya liat. Langsung saya hajar mukanya pake jurusnya Paul Tekken, untung dilerai sama penumpang bus lain. Kalau tidak bisa bonyok tuh pencopet.
Pas tiba di LA, Luggagenya hilang, jadi saya harus urus sini urus sana, ngomong ini ngomong itu sama petugas bandara dengan kemampuan bahasa inggris yang masih minim.
*skip*
Jadi flightnya Makassar – Jakarta – Abu Dhaby – Chicago.
Setiba di Abu Dhaby,saya menunggu beberapa jam sebelum menuju ke Chicago. Sambil nunggu, saya sempat keliling Bandara sambil lihat kiri kanan. Bandaranya bersih, orang orangnya berbusana khas timur tengah, adem banget litanya.
IMG20160715104054
Di Chicago, saya sempat selfie

*Skip skip*
Di bandara ini, kami dijemput oleh pihak Holiday Inn Hotel Orlando untuk dibawa ke penginapan. Di LoE (Letter of Employment) saya dijadwalkan join di Carnival Magic pada tanggal 16 July. Tapi setelah saya check ulang, jadwalnya berubah, saya join di Carnival Breeze 17 July.
Section Open Deck
Ketika tiba di kapal, saya langsung mendapatkan area kerja di open deck, tepatnya di serenity, dimana biasa tamu tamu berjemur dan berendam air panas. Jadi tugas saya itu membagikan towel ke tamu sambil melihat bule bule yang lagi berjemur :D. Sebulan lebih saya ditempatkan di sana. Kulit jadi gelap akibat sinar matahari, karena tempatnya merupakan deck teratas di kapal. Di sana saya bertemu dengan seorang bar waiter, namanya Luis, seorang crew dari Peru. Dia bertugas di serenity, bedanya dia hanya bertugas menjual minuman minuman untuk tamu. Pendapatannya rata rata per bulannya mencapai $3.000 kalau dirupiahkan itu bisa mencapai Rp 39.000.000 (kurs Rp 13.000) hanya dalam satu bulan. Dibandingkan gaji saya hanya $585/month, jauh di bawah. Kami sering ngobrol, terutama membahas rencana rencana apa yang akan dia lakukan setelah pensiun di kapal.
Saya salut sekali sama dia. Dia memulai bekerja di kapal sebagai Galey Steward tahun 2010, ketika ia baru berusia 21 tahun. Kontrak kerja ke dua ia dapat promosi mejadi bar waiter. Uang yang ia dapat selama satu kontrak ia selalu investasikan. Tiap kali ia pulang vacation, ia membeli sesuatu untuk diinvestasikan. Kontrak pertama ia beli tanah, kontrak ke dua masih beli tanah, kontrak ketiga ia sudah muali beli bahan bangunan untuk pembuatan restaurant, kontrak ke empat, ia mulai membangun sedikit demi sedikt, hingga kontrak ke enamnya, restaurannya sudah jadi, dengan kapasitas 100 meja, namun ia belum operasikan karena ia belum mempunyai dana untuk membayar pekerjanya. Jadi kontrak ini ia kumpulkan sebagai dana awal untuk membayar pekerjanya.
Dia pernah bilang begini ke saya, “sampai kapan kamu mau kerja terus sama seseorang?”. Betul juga perkataannya. Dia juga sarankan untuk tidak boros, beli ini beli itu. Lebih baik uangnya dipakai untuk membangun sesuatu yang digunakan berusaha di masa depan. Salut sama dia.

* * *
Suatu hari teman saya yang shift malam bertemu dengan salah satu tamu dari Indonesia, tepatnya warga negara Amerika yang berasal dari Indonesia. Terus ditanya Tanya lah Bapak itu. “Bapak sudah lama tinggal di Amerika?”. “Sudah lumayan lama dek”, jawabnya. Bapak itu mengungkapkan alasannya kenapa dia bersama dengan keluarganya lebih memilih tinggal dan menjadi warga negara Amerika dibanding Indonesia adalah karena ia masih ingin hidup lebih lama. Alasannya membuat kami bingung. Terus Bapak itu lanjut lagi. “Begini loh dek, adek pernah datang ke rumah sakit? Rumah sakit manapun?”. “iya pak”, jawab kami singkat. “nah ketika salah seorang dari keluarga mereka sakit parah dan tak kunjung sembuh, orang orang yang paling risau adalah keluarga dekatnya, dan itu sudah pasti, iya kan? Kalau di Amerika, kalau kamu sakit dan tak kunjung sembuh, yang paling risau itu adalah dokternya”.

* * *
Karena gaji yang saya terima dari posisi saya sebagai Hotel steward masih belum memuaskan, maka saya mencoba untuk pindah posisi ke Photo Department dengan harapan bisa diterima dan mendapatkan gaji dua kali lipat dari gaji yang saya terima sekarang. Semua berkas saya sudah persiapkan sebelumnya, jadi saat menghadap ke HRD, HRDnya bilang, “wow, well prepared”. Saat berkas saya sudah diterima, saya harus menjalani 3 kali interview dengan 3 orang yang berbeda posisi. Pertama, saya diinterview oleh HRD sendiri seputar alasan alasan mengapa ingin pindah. Kedua, oleh Manager Photography, saya ditanya seputar pengalaman pengalaman di dunia photography. Dan yang terakhir, Photo Trainer yang datang langsung dari Mexico yang menanyakan beberapa foto yang saya lampirkan sebagai bahan pertimbangan dan mngecek secara detail foto foto hasil jepretanku.
Setelah beberapa bulan menunggu, akhirnya saya mendapatkan email dari Carnival, bahwa next contract, saya akan bekerja di posisi yang berbeda, itu artinya apa, saya diterima. Alhamdulillah.
Screenshot_2017-07-16-09-17-21-07

Tinggalkan komentar